KISAH TENTANG
PELANGI
Dahulu
kala, warna-warna yang ada di Bumi bertengkar. Semua mengklaim dirinya yang
paling bagus dan paling berguna. Si Hijau mengatakan, “Akulah yang terpenting.
Aku simbol kehidupan dan pengharapan. Aku dipilih oleh padi, rerumputan dan
pepohonan. tanpa diriku, semua makhluk akan mati.”
Si
Biru menimpali, “Jangan hanya berpikir tentang Bumi. Lihatlah birunya langit
dan lautan luas. Air sumber kehidupan, langit memberi ruang dan kedamaian.”
Si
Kuning menyela, “Ah, kalian terlalu serius. Aku membawa kegembiraan dan
kehangatan di dunia. Matahari berwarna kuning, juga Bulan. Tanpa kehadiranku
tak ada kegembiraan.”
Si
Jingga tak mau kalah, “Aku simbol kesehatan dan kekuatan. Buktinya, aku
dipercaya melayani kebutuhan manusia, membawa vitamin-vitamin penting bagi
kehidupan. Coba lihat aku pada wortel, labu, jeruk dan pepaya.”
“Aku
darah kehidupan! Lambang keberanian dan cinta. Tanpaku, Bumi akan kosong
melompong,” sela si Merah. Sementara si Ungu teriak, “Aku adalah warna
aristokrat dan kekuatan. Para raja dan pemimpin selalu memilih warnaku untuk
pakaian dan aksesoris mereka.”
Pertengkaran
semakin seru. Masing-masing tidak mau mengalah. Tiba-tiba muncul kilat dan
gelegar suara petir, disertai hujan deras. Tanpa dikomando warna-warna itu
merunduk ketakutan, lalu saling mendekat mencari perlindungan.
Sang
Hujan berkata, “Hei, warna-warna bodoh! Jangan bertengkar! Ketahuilah,
masing-masing kalian diciptakan untuk tujuan khusus, unik, dan berbeda satu
sama lain. Kemarilah, saling bergandeng tangan. Warna-warna itu melakukan apa
yang dikatakan sang Hujan. “Mulai sekarang setiap kali turun hujan,
masing-masing kalian akan terentang di udara dalam satu pelangi yang indah,
sebagai peringatan bahwa kalian harus hidup bersama dalam damai.