Cerita
Thursday, December 6, 2012
Tuesday, November 13, 2012
Sang Kerbau, Sang buaya dan Sang Kancil
Pada suatu hari seekor buaya yang sedang berjemur ditebing sungai dengan
tiba-tiba telah terhimpit ditimpa batang pokok yang tumbang. Ia pun
merintih dan meraung meminta pertolongan. Raungannya itu didengari oleh
seekor kerbau yang sedang makan rumput ditebing sungai itu. Sang kerbau
pun datang membantu sibuaya dengan penuh ikhlas dan penuh rasa kasihan.
Setelah batang pokok itu diangkat keatas oleh sang kerbau, sang buaya
pun terlepas dari himpitan dan dengan tiba-tiba ia terus menggigit kaki
sang kerbau. Sang kerbau pun meraung meminta pertolongan dan merayu
kepada sang buaya supaya beliau bersikap adil supaya tidak membahamnya
kerena beliau telah pun membuat jasa. Pada masa yang sama ternampaklah
mereka akan sebuah tudung saji buruk yang hanyut dibawa arus. Lalu
mereka bertanyalah kepada tudung saji itu tentang samaada patutkah sikap
sang buaya bersikap sedemikian. Tudung saji menjawab sang buaya memang
patut berbuat sedemikian kerena berdasarkan pengalamannya dia telah
dibuang kesungai oleh tuannya apabila keadaannya telah buruk dan telah
digantikan dengan tudung saji yang baru. Semasa beliau masih baru dan
cantik mereka meletakkan beliau ditempat-tempat yang mulia. Dia
digunakan beberapa lama sehingga ia menjadi buruk dan rosak kemudiannya
dibuang begitu sahaja. Bakti beliau untuk melindunigi makanan selama ini
tidak lagi menjadi perhitungan oleh tuannya untuk mereka disimpan atau
dimuliakan lagi. Oleh itu dia berpendapat adalah adil bagi sang buaya
memakan sang kerbau kerena jasa atau budi lama yang lalu sememangnya
selalu tidak perlu diambil kira. Tudung saji itu pun terus hanyut.
Seketika kelihatan pula tikar buruk yang hanyut terapung dipermukaan air
sungai itu. Lalu mereka pun bertanya seperti apa yang ditanyakan kepada
tudung saji tadi. Tikar buruk itu menjawab dengan jawaban yang serupa
seperti yang dijawab oleh tudung saji tadi dan dia pun terus hanyut
meninggalkan mereka. Sang buaya pun berpuas hati dan mula menarik kerbau
itu kedalam air. Tetapi entah macam mana sang kancil telah melewati
ditempat kejadian itu dan sang kerbau pun meraung meminta pertolongan.
Sebagai memenuhi permintaan sang kerbau untuk mendapatkan keadilan, sang
kancil pun memohon pada sang buaya untuk melakunkan kembali kejadian
itu dari mula. Sang buaya bersetuju dan batang pokok tadi pun diletakkan
kembali diatas belakangnya. Sang kancil pun meminta sang kerbau berlalu
dari situ dan sang buaya pun ditinggalkan mereka dalam keadaannya
kesakitan dihimpit oleh batang pokok seperti keadaan mula-mula tadi.
Sambil berjalan sebelum berpisah, sang kancil berpesan pada sang kerbau
supaya dilain masa berhati-hati jika hendak memberi pertolongan.
Apa yang kita dapat dari cerita ini adalah pengajaran mengenai beberapa perkara seperti berikut:-
•Jika kita hendak berbuat baik atau memberi pertolongan hendaklah kita kenal kepada orang yang kita beri pertolongan. Jangan terjadi seperti peribahasa " Bagai melepaskan anjing tersepit"
•Jika kita meminta nasihat atau pendapat mestilah kita berhati-hati dan memilih dari siapa yang kita memohon nasihat itu. Jangan dari orang yang sedang dalam emosi
•Jika kita dalam keadaan beremosi elakkan dari kita memberi nasihat kepada orang lain, kerena berkemungkinan nasihat kita itu tidak difikirkan dengan baik dan jujur dan boleh bercampur aduk dengan nafsu atau emosi kita ketika itu.
•Kita juga perlu hormat dan selalu mengenang budi orang yang telah berjasa kepada kita
•Sikap ego kita boleh membawa kita menjadi bodoh dan tertipu terutama oleh nafsu kita sendiri
•Jangan putus asa meminta nasihat dari berbagai pihak jika kita berada dalam kesusahan
•Jasa orang hendaklah selalu kita kenang dan jangan mudah lupa pada orang lama sebelum kita.
Apa yang kita dapat dari cerita ini adalah pengajaran mengenai beberapa perkara seperti berikut:-
•Jika kita hendak berbuat baik atau memberi pertolongan hendaklah kita kenal kepada orang yang kita beri pertolongan. Jangan terjadi seperti peribahasa " Bagai melepaskan anjing tersepit"
•Jika kita meminta nasihat atau pendapat mestilah kita berhati-hati dan memilih dari siapa yang kita memohon nasihat itu. Jangan dari orang yang sedang dalam emosi
•Jika kita dalam keadaan beremosi elakkan dari kita memberi nasihat kepada orang lain, kerena berkemungkinan nasihat kita itu tidak difikirkan dengan baik dan jujur dan boleh bercampur aduk dengan nafsu atau emosi kita ketika itu.
•Kita juga perlu hormat dan selalu mengenang budi orang yang telah berjasa kepada kita
•Sikap ego kita boleh membawa kita menjadi bodoh dan tertipu terutama oleh nafsu kita sendiri
•Jangan putus asa meminta nasihat dari berbagai pihak jika kita berada dalam kesusahan
•Jasa orang hendaklah selalu kita kenang dan jangan mudah lupa pada orang lama sebelum kita.
Serigala dan Tujuh Ekor Anak Kambing
Pada zaman dahulu,seekor ibu kambing
telah melahirkan tujuh ekor anak.Pada suatu hari,ibu kambing hendak
keluar mencari makanan.Ibu kambing memberitahu kepada anak
anaknya,"Serigala sangat licik,jadi apabila kamu semua mendengar suara
dan melihat empat kuku hitamnya,jangan buka pintu."
Serigala berasa begitu gembira setelah melihat ibu kambing meninggalkan rumahnya.Ia pun mengetuk pintu dengan kuat,"Cepat buka pintu,ibu sudah balik!"Tetapi anak anak kambing berkata,"Ini bukan suara ibu,suara ibu sangat lembut dan halus."
Serigala berasa begitu gembira setelah melihat ibu kambing meninggalkan rumahnya.Ia pun mengetuk pintu dengan kuat,"Cepat buka pintu,ibu sudah balik!"Tetapi anak anak kambing berkata,"Ini bukan suara ibu,suara ibu sangat lembut dan halus."
Serigala tidak putus
asa.Ia membeli kapur dan memakannya. Hasilnya,suara telah menjadi
lembut.Kemudian ia pergi mengetuk pintu rumah kambing."Cepat buka
pintu,ibu sudah balik dan membawa banyak makanan yang enak!"
Walaupun suara serigala telah
menjadi lembut,tetapi anak anak kambing telah melihat kuku hitam dan
tajam itu,lalu berkata,"Kamu bukan ibu kami.Kamu adalah serigala kerana
kamu ada kuku yang hitam lagi tajam."
Serigala mencari tuan
kilang penggilaing dan memaksanya membuatkan kuku hitam menjadi
putih.Serigala sekali lagi mengetuk pintu rumah kambing.Anak anak
kambing melihat kuku putih itu dan menyangkakan ibu mereka telah balik.
Setelah anak anak kambing
membukakan pintu,serigala terus menelan enam ekor anak kambing sekali
gus.Seekor anak kambing yang terselamat sempat bersembunyi di bawah
kotak jam.Setelah kenyang,serigala tertidur di bawah sepohon pokok.
Apabila ibu kambing
balik,ia melihat keadaan rumah yang kucar kacir itu.Ia terus mencari
anak anaknya.Akhirnya ia menjumpai anak kambing yang bersembunyi di
bawah kotak jam.
Anak kambing yang terselamat itu
memberitahu ibunya perkara yang telah terjadi.Ibu kambing berasa begitu
sedih dan berkata,"Serigala sudah kekenyangan,mesti ia tidak pergi jauh
dari sini.Kita pergi carinya sekarang juga!"
Akhirnya ibu kambing dan
anaknya menjumpai serigala yang sedang tidur di bawah pokok.Ada sesuatu
yang bergerak di dalam perut serigala.Jadi ibu kambing pun menyuruh
anaknya balik ke rumah mengambil gunting dan jarum.
Ibu kambing terus
membelah perut serigala dengan gunting.Ia berjaya menyelamatkan keenam
enam ekor anaknya.Anak anak kambing tidak mengalami sebarang
kecederaan.Ini kerana serigala hanya menelan dan tidak mengunyah
mereka.Apabila ibu kambing melihat anak anaknya masih hidup,ia berasa
begitu gembira.
Ibu kambing menyuruh anak anak
mencari batu batu untuk diisi ke dalam perut serigala.Setelah memasukkan
batu batu sehingga penuh,ibu kambing menjahit semula perut
serigala.Setela serigala terjaga,ia merasa kekenyangan dan berasa sangat
dahaga.
Serigala berjalan ke
tebing sungai.Ia tidak boleh berjalan cepat kerana perutnya berat.Ia
masih tidak menyedari bahawa perutnya telah diisi penuh dengan batu.
Oleh kerana perutnya
terlalu berat,ketika serigala membongkok untuk meminum air,ia telah
terjatuh ke dalam sungai dan mati lemas.Ibu kambing dan anak anaknya
berasa begitu gembira apabila melihat serigala telah mati lemas.
Sunday, October 21, 2012
Kisah Tentang Pelangi
KISAH TENTANG
PELANGI
Dahulu
kala, warna-warna yang ada di Bumi bertengkar. Semua mengklaim dirinya yang
paling bagus dan paling berguna. Si Hijau mengatakan, “Akulah yang terpenting.
Aku simbol kehidupan dan pengharapan. Aku dipilih oleh padi, rerumputan dan
pepohonan. tanpa diriku, semua makhluk akan mati.”
Si
Biru menimpali, “Jangan hanya berpikir tentang Bumi. Lihatlah birunya langit
dan lautan luas. Air sumber kehidupan, langit memberi ruang dan kedamaian.”
Si
Kuning menyela, “Ah, kalian terlalu serius. Aku membawa kegembiraan dan
kehangatan di dunia. Matahari berwarna kuning, juga Bulan. Tanpa kehadiranku
tak ada kegembiraan.”
Si
Jingga tak mau kalah, “Aku simbol kesehatan dan kekuatan. Buktinya, aku
dipercaya melayani kebutuhan manusia, membawa vitamin-vitamin penting bagi
kehidupan. Coba lihat aku pada wortel, labu, jeruk dan pepaya.”
“Aku
darah kehidupan! Lambang keberanian dan cinta. Tanpaku, Bumi akan kosong
melompong,” sela si Merah. Sementara si Ungu teriak, “Aku adalah warna
aristokrat dan kekuatan. Para raja dan pemimpin selalu memilih warnaku untuk
pakaian dan aksesoris mereka.”
Pertengkaran
semakin seru. Masing-masing tidak mau mengalah. Tiba-tiba muncul kilat dan
gelegar suara petir, disertai hujan deras. Tanpa dikomando warna-warna itu
merunduk ketakutan, lalu saling mendekat mencari perlindungan.
Sang
Hujan berkata, “Hei, warna-warna bodoh! Jangan bertengkar! Ketahuilah,
masing-masing kalian diciptakan untuk tujuan khusus, unik, dan berbeda satu
sama lain. Kemarilah, saling bergandeng tangan. Warna-warna itu melakukan apa
yang dikatakan sang Hujan. “Mulai sekarang setiap kali turun hujan,
masing-masing kalian akan terentang di udara dalam satu pelangi yang indah,
sebagai peringatan bahwa kalian harus hidup bersama dalam damai.
Subscribe to:
Posts (Atom)